Ketika kita berbicara tentang tujuan pendidikan, spontan kita
akan teringat akan fungsi dan tujuan pendidikan
nasional tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 Bab II Pasal 3 yaitu : “Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, sehat, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dalam pasal tersebut, sudah tersurat secara jelas bahwa
pondasi pendidikan dibangun bukan hanya dari sisi kognisi siswa, namun juga
sikap mental dan kepribadian yang baik siswa itu sendiri. Sikap mental dan
kepribadian yang ditanamkan biasa kita sebut dengan karakter.
Bahkan ramai didengungkan saat ini perlunya pendidikan karakter
bagi siswa. Setelah bertahun-tahun pendidikan di sekolah berlangsung. Saya jadi
teringat dengan sepenggal kata-kata dari bapak Soebijantoro, dosen Sosiologi
Pendidikan saya. “Seperti yang kita lihat sekarang. Orang ramai mengadakan
seminar, workshop, diklat dan kegiatan sejenis yang mengangkat perlunya
pendidikan karakter. Mengapa baru ramai dibicarakan sekarang? Apa selama ini
bangsa kita tidak memiliki karakter?”. Setelah saya kaji, mungkin benar. Kita
bangsa Indonesia, bangsa yang sangat menjunjung tinggi adab dan budaya
ketimuran baru merasakan betapa pentingnya pendidikan karakter bagi anak.
Shalat Idul Adha 1432 H di Masjid Istiqlal dengan
Khotib adalah prof Dr H.A. Qadir Gassing HT M.S, Rektor UIN Alauddin Makasar
juga mengangkat betapa pentingnya karakter bangsa. Beliau mengatakan bahwa
paradigma pendidikan di Indonesia hanya menekankan kepada aspek akademik dan
mengabaikan pendidikan fisik (jism) dan pendidikan ruh.
Dihadapan ratusan ribu umat Islam yang memadati
Masjid Istiqlal, beliau menambahkan
bahwa KKN menjadi keprihatinan bangsa yang dilakukan oleh orang-orang pelajar
dan terdidik seperti anggota dewan yang sulit untuk diberantas. Oleh karena
itu, menurutnya pendidikan karakter bangsa harus kembali dihidupkan dalam ruh
pendidikan Indonesia
Maraknya kasus dan polemik di negeri ini yang didasarkan
pada kurang bijaknya pemikiran satu orang atau golongan tertentu. Korupsi,
(seperti yang telah diutarakan oleh Rektor UIN Alauddin Makasar), kerusuhan
antar etnis bahkan tawuran yang terjadi antar pelajar. Sebagian menganggap,
semua hal yang berhubungan dengan pendidikan adalah tugas seorang pendidik yang
tidak lain adalah guru sendiri. Namun sebenarnya, jika kita mau lebih berpikir
bijak bahwa pendidikan siswa tidak hanya tanggung jawab guru. Lingkungan
sekitar justru memiliki peranan terbesar dalam pembentukan karakter anak.
Termasuk didalamnya adalah orang tua. Orang tua membentuk karakter anak dalam
kesehariannya dirumah. Sebagian waktu anak dihabiskan dirumah, tak salah
rasanya bila kita menyebut bahwa orang tua/keluarga adalah lingkungan
pendidikan yang pertama dan utama bagi si anak sendiri.
Ada
beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menanamkan karakter pada anak adalah :
1. Jadilah
teladan untuk anak
Pada dasarnya anak
adalah seorang peniru. Mudah sekali mengikuti suatu hal yang disukainya. Guru
dan orang tua adalah model terbaik bagi anak. Termasuk juga lingkungan sekitar
di masyarakat. Sebagai orang yang paling dekat dengan anak, maka berikan
contoh-contoh sikap dan perilaku yang baik kepada anak.
2. Memasukkan
nilai karakter pada proses pembelajaran
Pendidikan yang
dilakukan saat ramai menggunakan model yang terintegrasi dengan pendidikan
karakter. Dengan demikian, diharapkan bahwa penanaman karakter positif pada
anak akan terlaksana dengan baik
3. Ajak
anak untuk mengembangkan bakat dan potensi
Tanpa kita sadari,
kita sering tidak memperdulikan potensi yang dimiliki anak. Lebih mementingkan
kemampuan kognisi dibanding yang lainnya. Termasuk potensi bakat yang
terintegrasi karakter didalamnya.
4. Mulai
dari diri kita masing-masing
Kita dapat memulai
menanamkan karakter tidak hanya oleh guru, tetapi bisa dimulai dari diri kita
masing-masing. Dengan memberikan contoh yang baik kepada lingkungan anak-anak
di sekitar kita. Seperti pepatah mengatakan ,”Ubahlah dirimu sendiri jika kamu
ingin merubah dunia”
Dalam menyikapi soal pendidikan, terlebih tujuan
pendidikan pendidikan itu sendiri kita harus bijak. Tidak menyalahkan ataupun
membenarkan satu pihak tertentu demi kepentingan satu atau sekelompok orang.
Karena sesungguhnya pendidikan anak bukan hanya tanggung guru, melainkan
seluruh lapisan masyarakat yang menginginkan terbangunnya kondisi bangsa yang
lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar