Puisi
(dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ
(poiéo/poió = poeisis/poeima) = I
create) adalah seni
tertulis di mana bahasa
digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti
semantiknya.
Puisi merupakan sebuah karya sastra. Semua
karya sastra adalah imajinatif. Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak
menggunakan makna kias dan makna lambang (majas). Dibandingkan dengan bentuk
karya sastra lain, puisi lebih bersifat konotatif. Bahasanya lebih banyak
kemungkinan makna. Hal ini disebabkan terjadinya pengkonsentrasian atau
pemadatan segenap kekuatan bahasa di dalam puisi. Struktur fisik dan struktur
batin puisi juga padat. Keduanya bersenyawa secara padu bagaikan telur dalam
adonan roti (Reeves dalam Waluyo, 1991: 22)
Beberapa
ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis
literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala
kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang
membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Slamet
Muljana dalam Waluyo (1991: 24) menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk
kesusastraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya.
Pengulangan kata itu menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas.
Sedangkan
menurut Altenbernd dalam Pradopo (1990: 5) puisi adalah pendramaan yang
bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum).
Baris-baris
pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal
tersebut merupakan salah satu cara penulis
untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu
kata/suku kata
yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi
tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk
segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis
dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru
A. Jenis
Puisi
Jenis puisi dapat dibedakan menjadi beberapa
macam. Tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Diantaranya adalah:
1.
Berdasarkan
zamannya
a.
Puisi
lama
Puisi
lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara
lain :
(1)
Jumlah kata dalam 1 baris
(2)
Jumlah baris dalam 1 bait
(3)
Persajakan (rima)
(4)
Banyak suku kata tiap baris
(5)
Irama
Ciri puisi lama:
(1)
Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
(2)
Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan
sastra lisan.
(3)
Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah
baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Contoh puisi lama diantaranya ada pantun, karmina,
pantun berantai, seloka, syair, gurindam, talibun, mantra dan bidal/peribahasa.
b.
Puisi
baru
Puisi
baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris,
suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri
Puisi Baru:
(1)
Bentuknya rapi, simetris;
(2)
Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
(3)
Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair
meskipun ada pola yang lain;
(4)
Sebagian besar puisi empat seuntai;
(5)
Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan
sintaksis)
(6)
Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian
besar) : 4-5 suku kata.
Jenis puisi baru dibedakan menjadi:
(1)
Menurut
bentuknya, ada distikon, tersina, kuatrain, kuint, sektet, septim, oktaf dan
soneta.
(2)
Menurut
isinya, ada himne, ode, elegi, epigraf, satire, balada, romansa.
2.
Berdasarkan
cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang hendak disampaikan.
a.
Puisi
naratif
Puisi naratif mengungkapkan cerita atau
penjelasan penyair. Ada puisi naratif yang sederhana, ada yang sugestif,
dan ada yang kompleks. Yang termasuk puisi-puisi naratif, misalnya: epik,
romansa, balada, dan syair.
b.
Puisi lirik
Puisi yang
mengungkapkan gagasan pribadi penyair (biasanya disebut juga aku lirik).
Dalam puisi lirik, penyair tidak bercerita. Jenis puisi lirik, misalnya:
elegi, ode, dan serenade (sajak percintaan yang bisa dinyanyikan).
c.
Puisi
deskriptif
Penyair bertindak
sebagai pemberi kesan terhadap keadaan / peristiwa, benda, atau suasana
dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi yang dapat diklasifikasikan
dalam puisi deskriptif, misalnya puisi satire, kritik sosial (yang
mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, dengan cara
menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya), dan puisi-puisi impresionitik
(yang mengungkapkan kesan penyair terhadap suatu hal).
3.
Berdasarkan
sifat dari isi yang dikemukakan dalam puisi (David Daiches)
a.
Puisi
fisikal
Puisi yang bersifat
realistis, artinya menggambarkan kenyataan apa adanya. Yang dilukiskan adalah
kenyataan dan bukan gagasan. Hal-hal yang didengar, dilihat, atau dirasakan
merupakan obyek ciptaannya. Puisi-puisi naratif, balada, impresionistis, juga
puisi dramatis biasanya merupakan puisi fisikal.
b.
Puisi
platonik
Puisi yang
sepenuhnya berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan. Puisi-puisi
ide atau cita-cita, religius, ungkapan cinta pada seorang kekasih, anak pada
orang tuanya dan sebaliknya, dapat dimasukkan ke dalam klasifikasi puisi
platonik.
c.
Puisi
metafisikal
Puisi yang bersifat
filosofis, mengajak pembaca untuk merenungkan kehidupan dan merenungkan
Tuhan. Puisi religius dapat disebut sebagai puisi platonik (karena
menggambarkan ide atau gagasan penyair), atau bisa juga digolongkan sebagai
puisi metafisik (karena mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan Tuhan),
Karya Rumi dapat diklasifikasikan sebagai puisi metafisikal.
4.
Berdasarkan
cara membacanya
a.
Puisi
kamar
Puisi kamar adalah puisi yang cocok dibaca
sendirian atau dengan satu atau dua pendengar saja dalam kamar.
b.
Puisi
auditorium
Puisi auditorium disebut juga Hukla (puisi yang mementingkan suara
atau serangkaian suara. Puisi ini cocok dibaca di auditorium, di mimbar yang
jumlah pendengarnya dapat ratusan orang.
5.
Berdasarkan
kedalaman maknanya
a.
Puisi
diafan/puisi polos
Puisi diafan/puisi polos adalah puisi yang
kurang sekali menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figuratif,
sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi yang demikian akan
sangat mudah dihayati maknanya. Biasanya, puisi anak-anak atau puisi
yang ditulis oleh orang yang baru belajar menulis puisi dapat diklasifikasikan
dalam puisi diafan. Kelemahan utama pada karya-karya tersebut adalah,
belum adanya harmonisasi bentuk fisik dalam mengungkapkan makna.
Takaran yang dibuat
untuk kiasan (metafora), lambang, simbol masih kurang tepat, baik letak maupun
komposisinya.
b.
Puisi
prismatis
Puisi yang mampu
menyelaraskan kemampuan menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian
sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna
puisinya, namun tidak terlalu gelap. Pembaca tetap dapat menelusuri makna puisi
itu. Namun makna itu bagaikan sinar yang keluar dari prisma.
Bisa jadi akan ada
bermacam-macam makna yang muncul, karena memang bahasa puisi bersifat multi
interpretable. Puisi prismatis kaya akan makna, namun tidak gelap. Makna
yang aneka ragam itu dapat ditelusuri pembaca. Jika pembaca mempunyai latar
belakang pengetahuan tentang penyair dan kenyataan sejarah, maka pembaca akan
lebih cepat dan tepat menafsirkan makna puisi tersebut. Penyair-penyair seperti
Amir Hamzah dan Chairil Anwar dapat menciptakan puisi-puisi prismatis.
c.
Puisi
gelap
Puisi yang sukar
dimaknai. Terlampau banyak penggunaan majas, metafora, simbolisasi terkadang
justru membenamkan arti/makna puisi itu sendiri. Mungkin hanya pengarangnya
yang bisa membaca arti puisinya.
6.
Berdasarkan
obyek yang menjadi sumber gagasan
a.
Puisi
subyektif
Puisi subyektif disebut juga puisi personal. Yakni
yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan dan suasana dalam diri penyair
sendiri. Puisi-puisi yang ditulis kaum ekspresionis dapat diklasifikasikan sebagai
puisi subyektif karena mengungkapkan keadaan jiwa penyair sendiri. Demikian
juga puisi lirik dimana aku lirik bicara kepada pembaca.
b.
Puisi
obyektif
Puisi obyektif berarti puisi yang
mengungkapkan hal-hal diluar diri penyair itu sendiri. Puisi obyektif disebut
juga puisi impersonal. Puisi naratif dan deskriptif kebanyakan adalah puisi
obyektif, meskipun juga ada beberapa yang subyektif.
7.
Berdasarkan
landasan perasaan penciptaan
a.
Puisi
parnassian
Puisi parnaassian adalah puisi yang
diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh
inspirasi karena adanya mood dalam
jiwa penyair. Puisi-puisi Rendra dalam Potret
Pembangunan dalam Puisi yang banyak berlatar belakang teori ekonomi dan
sosiologi dapat diklasifikasikan sebagai puisi parnassian.
b.
Puisi
inspiratif
Puisi inspiratif merupakan puisi yang
diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair benar-benar
masuk ke dalam suasana yang hendak dilukiskan. Suasan batin penyair benar-benar
terlibat ke dalam puisi.
8.
Puisi
konkret
Puisi konkret sangat terkenal dalam dunia
perpuisian di Indonesia sejak tahun 1970-an. X.J. Kennedy memberikan nama jenis
puisi tertentu dengan nama puisi konkret, yakni puisi yang bersifat visual,
yang dapat dihayati keindahan bentuk dari sudut penglihatan. Penggunaan tanda
baca dan huruf-huruf (baik huruf besar maupun huruf kecil) sangat potensial
membentuk gambar. Gambar wujud fisik yang “kasat mata” lebih dipentingkan
daripada makna yang ingin disampaikan.
9.
Puisi demonstrasi
dan puisi pamflet
Puisi demonstrasi menyaran pada puisi-puisi
Taufik Ismail dan mereka yang oleh Jassin disebbut Angkatan 66. Puisi ini
melukiskan dan merupakan hasil refleksi demonstrasi para mahasiswa dan pelajar
– KAMI & KAPPI - sekitar tahun 66.
Puisi ini melukiskan perasaan kelompok, bukan
perasaan individu. Puisi-puisi mereka adalah endapan dari pengalaman fisik,
mental dan emosional selama para penyair terlibat dalam demonstrasi tahun 1966.
Sedangkan puisi pamflet adalah puisi yang
juga mengungkapkan protes sosial. Disebut puisi pamflet karena bahasanya bahasa
pamflet. Kata-katanya mengungkapkan rasa tidak puas Munculnya kata-kata yang
berisi protes secara spontan tanpa proses pemikiran atau perenungan yang
mendalam. Tokoh puisi pamflet yang paling terkenal adalah Rendra.
B. UNSUR
PUISI
Puisi
merupakan hasil kepaduan beberapa unsur penyusun yang membuat karya tersebut
disebut puisi. Menurut Waluyo (1991:4) puisi dibangun oleh dua unsur pokok
yaitu: struktur fisik yang berupa bahasa, dan struktur batin atau struktur
makna.
1.
Struktur
fisik
Struktur
fisik puisi atau struktur kebahasaan puisi disebut juga metode puisi. Medium
pengucapan maksud yang hendak disampaikan penyair adalah bahasa.
a.
Diksi
Diksi atau pilihan kata adalah pemilihan
kata oleh penulis untuk menyatakan maksud. Pemilihan kata dilakukan
untuk mendapatkan kata yang tepat berdasarkan seleksi bentuk, sinonim, dan
rangkaian kata.
Kata-kata
dalam puisi memiliki peranan yang sangat besar. Kekuatan sebuah puisi terletak
pada kata-kata yang digunakan. Keberhasilan sebuah puisi pun terletak pada
pilihan kata yang digunakan. Maka dari itu pilihan kata dalam puisi harus
benar-benar kata yang mewakili apa yang dirasakan oleh penulisnya agar pembaca
dapat merasakan apa yang dirasakan oleh penulis puisi tersebut.
b.
Pengimajian
Pengimajian dapat dibatasi dengan pengertian
kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris,
seperti penglihatan, pendengaran dan perasaaan. Pengimajian disebut juga
pencitraan. Effendi dalam Waluyo (1991: 81) menyatakan bahwa pengimajian dalam
sajak dapat dijelaskan sebagai usaha penyair untuk menciptakan atau menggugah
timbulnya imaji dalam diri pembacanya, sehingga pembaca tergugah untuk
menggunakan mata hati untuk melihat benda-benda, warna, denga telinga hati
mendengar bunyi-bunyian, dan dengan perasaan hati menyentuh kesejukan dan
keindahan benda dan warna.
Daya
bayang dapat diciptakan dengan menempuh beberapa cara yang di antaranya (1)
penggunaan kata-kata kias, (2) penggunaan lambang-lambang, dan (3) penggunaan
pigura-pigura bahasa, seperti metafora, metonimia, personifikasi, dan
sebagainya.
c.
Kata
konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan
oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin
dengan maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Kata-kata yang digunakan dalam
penulisan puisi dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Jika imaji pembaca
merupakan akibat dari pengimajian yang diciptakan oleh penyair, maka kata
konkret merupakan syarat atau sebab terjadinya pengimajian. Dengan kata yang
diperkonkret, pembaca dapat membayangkan secara jelas peristiwa atau keadaan
yang dilukiskan oleh penyair.
d.
Bahasa figuratif
(majas)
Waluyo (1991: 83) menyatakatan bahwa bahasa
figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan
cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna. Kata
atau bahasanya bermakna kias atau makna lambang. Dengan bahasa figuratif,
sebuah puisi menjadi kaya makna.
e.
Versifikasi
Versifikasi dalam puisi meliputi tiga hal,
yaitu rima, ritma dan metrum.
(1)
Rima
Rima merupakan
pengulangan bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi.
Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca. Rima
mencakup:
(a) Onomatope
merupakan tiruan terhadap bunyi-bunyi yang ada. Dalam puisi, bunyi-bunyi yang
dipilih oleh penyair diharapkan dapat memberikan gema atau memberikan warna
suasana tertentu seperti yang diharapkan penyair.
Efek yang dihasilkan akibat onomatope akan kuat terutama jika
puisi tersebut dibaca dengan keras.
(b) Bentuk
intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak
berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi [kata], dan sebagainya.
(c) Pengulangan
kata/ungkapan. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi.
(2)
Ritma
Ritma berasal dari bahasa Yunani rheo yang berarti gerakan-gerakan air
yang teratur, terus-menerus, dan tidak putus-putus. Slamet Muljana dalam Waluyo
(1991: 95) menyatakan bahwa ritma merupakan pertentangan bunyi: tinggi/rendah,
panjang/pendek, keras/lemah yang mengalun dengan teratur dan berulang-ulang
sehingga membentuk keindahan.
(3)
Metrum
Metrum adalah sebuah istilah dalam
ilmu kesusastraan yang mendeskripsikan pola bahasa dalam sebuah baris puisi. Metrum juga bisa
didefinisikan sebagai satuan irama yang ditentukan oleh jumlah dan tekanan suku
kata dalam setiap baris puisi.
f.
Tata
wajah (tipografi)
Tipografi adalah cara penulisan suatu puisi
sehingga menampilkan bentuk-bentuk tertentu yang dapat diamati secara visual.
Tipografi merupakan bentuk fisik atau penyusunan baris-baris dalam
puisi.
Tipografi merupakan
pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Cara sebuah teks
ditulis sebagai larik-larik yang khas menciptakan makna tambahan. Makna
tambahan itu diperkuat oleh penyajian tipografi puisi.
2.
Struktur
batin
Ada empat unsur dalam struktur batin puisi,
meliputi tema (sense), perasaan
penyair (feeling), nada atau sikap
penyair terhadap pembaca (tone), dan
amanat (intention).
a.
Tema
Tema merupakan gagasan pokok (subject-matter) yang dikemukakan oleh
penyair. Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam jiwa
penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Tema biasanya dilandasi
oleh filsafat hidup penyair sendiri.
b.
Perasaan
(feeling)
Dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair
ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan
tema yang sama, penyair satu dengan perasaan yang berbeda dari penyair yang
lainnya, sehingga hasil puisi yang diciptakan berbeda pula. Perasaan yang
ditimbulkan dapat berupa sikap simpati dan antipati, rasa senang dan tidak
senang, rasa benci, rindu, setiakawan dan sebagainya.
c.
Nada dan
suasana
Nada merupakan sikap penyair kepada pembaca,
sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi atau akibat
psikologis yang ditimbulkan puisi itu terhadap pembaca. Nada mengungkapkan sikap penyair, dari sikap
itu terciptalah suasana puisi. Ada puisi yang bernada menggurui,
menasehati, menyindir atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada
pembaca.
d.
Amanat
(pesan)
Amanat dapat ditelaah setelah
kita memahami tema, rasa dan nada puisi. Amanat tersirat dibalik kata-kata yang
disusun, dan juga berada dibalik tema yng diungkapkan. Amanat yang hendak
disampaikan oleh penyair mungkin secara sadar berada dalan pikiran penyair,
namun lebih banyak penyair tidak sadar akan amanat yang diberikan.
Amanat berbeda dengan tema. Dalam puisi, tema berkaitan dengan arti,
sedangkan amanat berkaitan dengan makna karya sastra. Arti dalam puisi bersifat
lugas, objektif dan khusus, sedangkan makna puisi bersifat kias, objektif, dan
umum (Waluyo, 1991: 131)
C. APRESIASI
DAN PENGEMBANGAN PUISI
Istilah apresiasi berasal dari bahasa Latin apreciato yang berarti “mengindahkan” atau “menghargai”.
dalam konteks yang lebih luas, istilah apresiasi menurut Gove (dalam Aminudin,
2009: 34) mengandung makna (1) pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin,
(2) pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-nilai keindahan yang diungkapkan
pengarang. Sejalan dengan Gove, S. Effendi mengungkapkan bahwa apresiasi sastra
adalah kegiatan menggauli karya sastra secara sungguh-sungguh sehingga
menumbuhkan pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis, dan kepekaan
perasaan yang baik terhadap karya sastra.
Kegiatan mengapresiasi sastra, khususnya
puisi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Dilakukan secara
langsung yang berwujud pada performansi, misalnya saat melihat, mengenal,
memahami, menikmati atau memberikan penilaian pada kegiatan membaca puisi. Sedangkan
untuk kegiatan apresiasi secara tidak langsung dapat ditempuh dengan jalan
mempelajari teori sastra, membaca artikel yang berhubungan dengan sastra puisi,
mempelajari buku-buku maupun esei yang membahas dan memberikan penilaian
terhadap karya sastra terutama puisi serta mempelajari sejarahnya.
Bekal awal yang
harus dimiliki oleh seorang calon apresiator adalah:
1. Kepekaan
emosi atau perasaan sehingga pembaca mampu memahami dan menikmati unsur-unsur
keindahan yang terdapat dalam cipta sastra, khususnya puisi.
2. Pemilikan
pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan masalah kehidupan dan
kemanusiaa, baik lewat penghayatan kehidupan ini secara intesif-kontemplatif maupun dengan membaca buku yang berhubungan
dengan masalah humanitas, misalnya buku filsafat dan psikologi.
3. Pemahaman
terhadap aspek kebahasaan
4. Pemahaman
terhadap unsur-unsur instrinsik sastra puisi yang akan berhubungan dengan
telaah teori sastra puisi.
Apresiasi sastra
utamanya puisi memiliki beberapa manfaat diantaranya:
1. Memberikan
informasi yang berhubungan dengan pemrolehan nilai-nilai kehidupan
2. Memperkaya
pandangan atau wawasan kehidupan sebagai salah satu unsur yang berhubungan
dengan pemberian arti maupun peningkatan nilai kehidupan manusia itu sendiri
Adapun prosedur
kerja apresiasi yang perlu dilakukan adalah:
1. Mengidentifikasi
unsur-unsur yang memiliki keindahan literer yang membentuk satu keutuhan
(unity).
2. Mengidentifikasi
unsur-unsur yang secara merata tergarap dengan baik).
3. Mengidentifikasi
unsur-unsur yang membentuk keselarasan (harmony)
4. Mengidentifikasi
unsur yang mendapat tekanan yang tepat (right emphasis).
Karya sastra terutama puisi mengalami
perkembangan dari masa ke masa. Khususnya dari segi tema yang lebih berkembang.
Tidak hanya sebatas pada percintaan atau kisah sepasang kekasih. Namun juga
mengarah pada kehidupan sosial-kemasyarakatan, keadaan politik serta aspek
kehidupan yang lain. Selain kepada tema, unsur puisi yang berkembang adalah
tipografi puisi. Penulisan puisi tidak hanya sekedar terikat oleh jumlah baris
dalam tiap baitnya. Namun juga mengalami perkembangan. Baris-baris dalam puisi
ditulis sedemikian rupa sehingga nampak keindahan pada bentuk/tata wajahnya.
Setiap bentuk tipografi dari puisi melambangkan maksud penulisnya.
bagus saya bisa belajr
BalasHapussemoga bermanfaat... ^_^
BalasHapus