Sabtu, 29 September 2012

-- Bagaimana Mewujudkan Kenyataan --


Jadi, bagaimana mewujudkan kenyataan menurut anda? Sebenarnya anda telah melakukannya. Kita menciptakannya setiap detik, setiap menit, setiap jam dalam setiap harinya. Tapi saya rasa, anda mungkin tidak menyukainya.
Dan anda tahu mengapa? Karena terkadang sebagian dari kita menciptakannya hanya pada hal-hal yang utama. Yang dimaksud adalah kita mewujudkannya tapi tidak pernah menyadarinya, tidak pernah peduli, bagaimana mewujudkannya sehingga kita berpikir kita tidak pernah mampu untuk mewujudkannya.
Bagaimanapun juga, kita semua harus siap untuk mewujudkannya.
Ketidaksadaran itulah yang membuat kita sering mengesampingkannya. Dan menganggap apapun tidak berarti.

Pertanyaan-pertanyaan seringkali muncul di pikiran kita. Jadi darimana pemikiran acuh itu berasal? Tahukah anda bahwa itu berasal dari masa lalu kita. Sejak kita anak-anak, kita telah mengoleksi banyak barang, beberapa diantaranya terlihat kurang bagus. Namun kita jarang untuk menyadarinya.
Dengan kata lain, pertanyaan bagaimana mewujudkan kenyataan akan terjawab disini.
Mendengarkan apa yang seharusnya didengar, melihat apa yang terlihat dan mengalami apa yang memang seharusnya dialami. Inilah yang menjelaskan mengapa kita mendapatkan hal itu –read : kenyataan-.

Selasa, 20 Maret 2012

ANALOGI SECANGKIR KOPI

Apa yang pertama kali anda lihat, cangkirnya atau kopinya ?

Saya termasuk salah satu aktivis di kampus tempat saya menimba ilmu. Suatu pagi ponsel saya berdering. Satu pesan diterima.

Dari seorang akhwat, aktivis dakwah kampus saya juga yang mengirimkan pesan tersebut. Kurang lebih berisi seperti ini :

***

Bismillah,,,
Memilih hal yang terbaik adalah wajar dan manusiawi. Seperti halnya ketika kita disuguhkan secangkir kopi, hal pertama yang terfokus di pikiran kita adalah bentuk cangkirnya. Padahal yang kita nikmati bukan cangkirnya, melainkan kopinya. Dari analogi tersebut, terdapat sebuah pesan bahwa yang terpenting dalam kehidupan ini bukanlah materi, melainkan apa yang ada di dalam pribadi kita. Hiduplah apa adanya, namun tetap berusaha memberikan yang terbaik.

Sugeng enjing,,,selamat beraktivitas.
semoga berkah hari ini.. amin...

_Allah selalu di hati_

***

Pesan tersebut cukup membuat saya merenung, mungkin anda juga. Seringkali dalam hidup kita hanya memandang segala sesuatu dari segi duniawi -baca : materi- saja. Tanpa memandang apa yang sesungguhnya tersimpan di dalamnya.

Saya juga teringat dengan pernyataan dari dosen Bahasa Inggris saya. Beliau mengatakan demikian :
"Materi memang penting tapi itu bukan yang utama."

Dari pernyataan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hidup kita memang membutuhkan materi untuk memenuhi kebutuhan kita. Tapi jangan sampai hal itu membuat kita mengesampingkan apa yang ada dalam diri kita masing-masing.

Kembali ke analogi secangkir kopi. Rasa tersebut memang ada rasa pahit. Begitu juga hidup. Kepahitan adalah ujian untuk memperkuat iman kita. Namun dibalik kepahitan kopi, ada rasa manis di dalamnya. Yakinlah dalam hidup tak selamanya kita dirundung kesedihan, kemalangan, kepahitan. Akan ada masanya kita memetik buah kesabaran dari kepahitan tersebut.

Selalu bersyukur atas apa yang telah Allah berikan sangatlah penting. Karena dengan rasa syukur kepada Sang Pemilik Jiwa, akan membuat kita selalu ingat kepada-Nya. Sehingga kita bisa menyeimbangkan hidup ini.

Semoga bermanfaat... ^_^